Kiriman dari: Lia

Sejak menamatkan SMU aku tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Bukan karena orangtuaku tidak mampu untuk membiayai, melainkan lebih pada keinginan dari dalam diriku sendiri untuk bekerja menghasilkan uang yang banyak sedini mungkin dan menjadi orang kaya dalam usia yang masih muda. Aku mungkin terlalu terobsesi oleh pendapat-pendapat para pakar motivasi bisnis yang sering meneriakkan yel-yel semangat untuk mandiri dan kaya raya.

Berbagai pekerjaan telah kugeluti, tetapi semuanya selalu jatuh bangun. Selalu saja ada hal yang membuat usaha yang ku rintis tiba-tiba harus jatuh. Tetapi aku tak pernah berhenti untuk terus meyakini bahwa kegagalan adalah awal dari sebuah kesuksesan. Obsesi sukses yang selalu membayangi setiap aktivitas keseharianku membuatku tak menyadari perjalanan waktu yang ternyata telah membawaku pada usia yang sudah sangat matang untuk berumah tangga.

Saat usiaku hampir memasuki kepala tiga, aku tertarik untuk menerima ajakan temanku untuk merintis sebuah bisnis advertising. Ini pertama kali aku bekerjasama bisnis dengan seorang teman laki-laki. Namanya, Arlie. Usianya memang lebih tua 7 tahun dariku, tetapi karakternya yang ulet dalam berbisnis dan ide bisnisnya yang brilian membuatku merasa menemukan seseorang yang sepemikiran dan berharap kali ini usaha yang ku jalankan akan membawaku pada keberhasilan.

_______________

Tiga bulan bertama kerjasamaku dengan Arlie dalam mengelola bisnis advertising ini telah menunjukkan sebuah kemajuan yang luar biasa. Dengan merekrut 13 orang karyawan, kami telah mampu menyewa sebuah ruko 2 lantai yang kami fungsikan sebagai kantor sekaligus sebagai tempat tinggal. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk tinggal di ruko tersebut meninggalkan rumah orang tuaku dimana selama ini aku tinggal. Orang tua dan audara-saudaraku agak sebenarnya telah melarangku untuk menginap di ruko karena di ruko itu aku tinggal dengan rekan bisnisku, Arlie. Keinginanku untuk mandiri dan konsentrasi dalam bisnis yang ku jalankan membuatku tak mengindahkan peringatan mereka. Alasanku adalah bahwa di lantai dua ruko itu telah kami sekat menjadi dua kamar. Lagi pula Arlie tinggal disana bersama dengan istri dan anaknya.

Pada minggu-minggu pertama kehidupanku tinggal di lantai dua kantorku yang kami fungsikan sebagai kamar berjalan biasa-biasa saja. Tetapi lama-kelamaan ada sesuatu yang selalu mengganggu dan berkecamuk dalam pikiranku. Hampir setiap malam aku terjaga karena ada suara berisik yang berasal dari kamar sebelah yang hanya dibatasi oleh triplek. Aku hanya berpikir mungkin Arlie sedang melakukan hubungan badan dengan istrinya, dan ku pikir itu hal wajar dan sah-sah saja mereka lakukan, karena mereka adalah sepasang suami istri. Tetapi lama-kelamaan aku mulai terbawa pada sebuah keinginan dan rasa penasaran untuk melihat langsung mereka melakukan hubungan badan.

Keinginan dan rasa penasaran itu pada awalnya bisa ku tahan dan ku sembunyikan dalam hati, tetapi akhirnya aku seperti tak mampu untuk menahan lebih lama keinginanku. Pada suatu malam saat kembali mendengar suara-suara penuh birahi di kamar sebelah, dan rasa penasaranku yang telah memuncak membuatku bangkit dari tempat tidurku dan mencoba untuk mengintip apa yang mereka lakukan. Ku ambil gunting dan dengan sangat hati-hati dan perlahan, ku coba membuat sebuah lobang di dinding triplek yang membatasi ruanganku dan ruangan Arlie.

Lumayan lama waktu yang ku butuhkan untuk menembus dinding triplek itu. Namun akhirnya aku berhasil membuat lobang kecil di dinding pembatas kamarku dan kamar Arlie. Dengan perasaan tak sabar, aku langsung menempelkan mataku tepat pada lobang yang baru saja ku buat itu. Betapa sebuah pemandangan yang sangat mengundang birahi tepat berada di depan mataku.

Dari lobang kecil di dinding triplek itu ku lihat jelas, Arlie memegang batang penisnya yang keras, besar, da panjang. Dia memainkan kepala penisnya di belahan vagina istrinya. Sementara istrinya terlihat menikmati sentuhan kepala penis Arlie di muara lobang vaginanya. Ia terlihat terlentang dengan kaki terkangkang sambil meremas payudaranya sendiri. Adegan itu membuatku secara tak sadar meremas payudaraku juga, mencoba untuk mempraktekkan saat payudayaku ku remas-remas sendiri seperti yang dilakukan oleh istri Arlie.

Tak lama kemudian, Arlie mengambil mulai posisi menyerang. Ia menancapkan kepala penisnya di belahan vagina istrinya dan menekannya sampai akhirnya batang penisnya yang panjang itu masuk  secara sempurna di lobang vagina istrinya. Ku lihat istrinya melingkarkan lengannya di leher Arlie seperti tak rela suaminya mengeluarkan penis dari vaginanya. Dalam pelukan erat istrinya yang terlihat sangat menikmati saat vaginanya dimasuki penis suaminya, terlihat olehku, pantat arli mulai bergerak perlahan naik lalu kemudian kembali turun yang membuat batang penisnya keluar dan masuk kembali ke lobang vagina istrinya.

Gerakan Arlie dalam posisi itu bertahan selama beberapa saat, namun tempo gerakannya semakin lama semakin cepat. Terpaku pada pemandangan yang baru pertam kali ku saksikan itu, secara tak sadar aku menyelipkan tangan kananku masuk ke dalam celama dalamku, dan ternyata permukaan vaginaku pun telah basah. Aku tak tahu reaksi apa yang terjadi pada vaginaku, hanya dengan melihat mereka Arlie bercinta dengan istrinya, vaginaku juga ikut basah.

Setelah beberapa menit Arlie melakukan aksinya dengan posisi itu, tiba-tiba ia berhenti dan mengeluarkan penisnya dari kemaluan istrinya. Ia terlihat berbisik pada istrinya. Ku lihat istrinya mengangguk dengan senyum puas terlihat dari bibirnya. Istrinya kemudian menarik wjah Arlie dan mencium dan melumat bibir Arlie selama beberapa saat. Kemudian berbaring dengan posisi bersandar di dinding, bersaman dengan itu, istrinya bangkit dan mengulum penis Arlie yang telihat tegak dan keras. Sementara itu tangan istrinya menggenggam batang penis Arlie dan mengocoknya. Arlie terlihat sangat menikmati aksi istrinya itu. Tak berapa lama penis Arlie dikocok oleh istrinya, tiba-tiba sperma memancar dari ujung penis Arlie dan berserakan di atas perutnya.

Permainan mereka sepertinya telah berakhir, karena ku lihat batang penis Arlie mulai lemas dan istrinya berdiri dan mengambil tissue dan membersihkan sperma yang mengotori perut Arlie. Setelah itu istrinya kembali berbaring di sisi Arlie. Saat itulah Arlie kemudian menjatuhkan telapak tangannya di payudara istrinya dan meremasnya sambil memeluk istrinya.

************

Sejak saat itu, aku mulai ketagihan untuk terus menyaksikan hubungan seks yang dilakukan oleh Arlie dan istrinya walau hanya melalui lobang kecil yang ku buat di dinding triplek yang membatasi ruanganku dan ruang tidur Arlie. Sejak saat itu, aku mulai mengenal dan menikmati aktivitas masturbasi. Aku mulai senang tidur telanjang dan memandang tubuh bugilku di cermin, terutama bagian vaginaku yang ditumbuhi bulu lebat yang selama ini tak pernah terawat. Aku mulai tersadar bahwa usiaku telah melewati usia yang sangat produktif untuk membina rumah tangga dan memiliki seorang suami pendamping hidup.

About Ibu Verra

Aku seorang Ibu rumah tangga yang bangga menjadi seorang Ibu untuk anakku, seorang istri untuk suamiku, dan seorang wanita bagi semua orang. Aku dulu seorang perawan, tetapi dalam sekejap semua hilang, ketika aku merelakan hidupku untuk mendampingi suamiku.

Satu tanggapan »

  1. rudi berkata:

    ceritanya bagus…tidak terlalu fulgar, terima kasih

  2. mye berkata:

    asyik..

Tinggalkan Balasan ke mye Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.